Disamping rumah, tepatnya disebelah kamar kakakku Amalia Ihsana,
tumbuh beberapa batang pohon pisang. Kata ibu, pisang yang tumbuh adalah
pisang awa.
Sekarang
sudah ada yang berbuah. Aku sering melihat ibu membuat sayur dari tongkol
pisang. Pernah juga ibu membuat sayur dari jantung pisang. Sedangkan daunnya
dipakai ibu untuk memais ikan atau membuat kue pais pisang.
Suatu hari, kulihat bagian tengah dari daun pisang tergeletak di
teras (ambin). Aku ingin membuangnya, tapi ayah melarang karena ingin
menunjukkan sesuatu. Ayah kemudian mengambil pisau, lalu jari daun pisang
tersebut dipotong dan dibentuk menjadi berbagai mainan anak-anak, seperti
kuda-kudaan, pistol dan “lituk-lituk”.
Aku
bertanya apa lituk-lituk itu. Ayah kemudian menjelaskan, dinamakan lituk-lituk
karena apabila digoyangkan maka akan mengeluarkan bunyi : tuk...tuk...tuk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar