Sepulang dari shalat dzuhur dilanggar, ayah melihat ada seekor belalang
sembah ada di pucuk daun yang tumbuh di halaman rumah. Langsung saja ayah
memberi tahu aku, dan menangkapkannya untuk aku. Semula aku takut padanya.
Kalau-kalau aku digigitnya. Tapi ayah mengatakan kalau tidak berbahaya. Setelah
ragu-ragu dan merasa geli sebentar, akhirnya aku berani juga untuk menyentuh
dan menangkapnya.
Untuk makanannya ayah juga memetik setangkai pucuk daun “kratom” atau daun “sapat”. Ayah
kemudian mencarikan gelas untuk meletakkan belalang sembah tersebut.
Ibuku yang juga duduk santai di teras rumah, memberi tahu aku kalau
belalang tersebut dapat diajak bermain. Kata ibu : “Angkat tangan”. Tanpa
terduga ternyata belalangnya mengangkat tangan seperti orang berdo’a. Aku jadi
tertawa. Akhirnya aku mempunyai teman baru pengusir rasa bete di rumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar