Selasa, 09 Juni 2020

BELALANG SAYANG





Sepulang dari shalat dzuhur dilanggar, ayah melihat ada seekor belalang sembah ada di pucuk daun yang tumbuh di halaman rumah. Langsung saja ayah memberi tahu aku, dan menangkapkannya untuk aku. Semula aku takut padanya. Kalau-kalau aku digigitnya. Tapi ayah mengatakan kalau tidak berbahaya. Setelah ragu-ragu dan merasa geli sebentar, akhirnya aku berani juga untuk menyentuh dan menangkapnya.




Untuk makanannya ayah juga memetik setangkai pucuk daun “kratom” atau daun “sapat”. Ayah kemudian mencarikan gelas untuk meletakkan belalang sembah tersebut.
Ibuku yang juga duduk santai di teras rumah, memberi tahu aku kalau belalang tersebut dapat diajak bermain. Kata ibu : “Angkat tangan”. Tanpa terduga ternyata belalangnya mengangkat tangan seperti orang berdo’a. Aku jadi tertawa. Akhirnya aku mempunyai teman baru pengusir rasa bete di rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar