Hari Raya Fitri tahun ini , Minggu, 24 Mei 2020, sangat sepi. Biasanya
pagi-pagi sekali terdengar suara “takbiran” di lapangan Pahlawan Amuntai. Tapi
sampai pukul setengah tujuh tidak terdengar sama sekali. Artinya, mungkin tidak
ada pelaksanaan shalat ‘ied di lapangan.
Ayah dan kakak Lutfan, setelah makan sedikit terlebih dahulu diwaktu pagi,
juga tidak pergi ke mesjid raya, melainkan shalat ‘ied di Mesjid “Sabilal
Muttaqin” Sungai Malang.
Aku dan kakak melaksanakan shalat ‘ied di langgar “Syi’arul Muslimin”
dekat rumah. Tapi yang shalat lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya. Karena
orang-orang masih takut corona, sehingga lebih memilih shalat dikampung sendiri
Sepulang shalat ‘ied, suasana jalanan
terasa sepi. Tidak terlihat warga yang bergerombol. Tidak banyak warga yang
berlalu lalang saling kunjung mengunjungi bermaaf-maafan. Saling bertukar
makananpun tidak sebanyak dahulu.
Maka daripada sepi dan bete, kakak Amalia mengajakku untuk membuat
bakaran. Kebetulan menjelang lebaran tadi ibu ada membeli usus (paparutan).
Maka jadilah, lebaran ‘idul Fitri kali ini, disaat wabah corona belum berhenti,
kami tetap bisa merayakannya dengan membuat “Sate Usus” yang lezaaaat
sekaliii..............
Tidak ada komentar:
Posting Komentar