Sejak beberapa
hari berlalu, ayah dan ibu kelihatan sibuk. Ayah tampak membersihkan seisi
rumah. Sedangkan ibu sibuk membuat bumbu dan mengikuti rapat di rumah nininya
Nadira (kelas 3-b) tetangga dekat rumah.
Hari ini, Minggu, 25 November 2018 mereka tambah sibuk, karena hari ini
adalah hari pertama pelaksanaan maulid kampung.
Berbeda dengan
tahun-tahun sebelumnya, kalau tahun sebelumnya dilaksanakan pada malam hari
sekarang diubah pada malam hari, bila dulu penggalangan dana dilakukan dengan
cara “Bapintaan” pada tiap rumah, kini hanya ditanggung oleh beberapa
orang, dan kalau dulu sehabis acara
semua tamu makan didalam langgar, sekarang selesai ceramah dilanggar para tamu langsung menuju rumah
orang yang mengundang. Satu lagi perbedaan yang aku amati, kalau dulu jumlah
orangnya sedikit sekarang yang datang sangat banyak, terlihat dari isi langgar
yang penuh sesak.
Kebetulan, orang
tuaku , termasuk dari sekitar belasan
orang (rumah) yang menjamu para tamu.
Sejak pagi aku ikut membantu ayah memasang plang nama, agar undangan tidak
salah tuju. Dan di rumah, sejak pagi-pagi sekali, diadakan pembacaan
syair-syair maulid Diba’i. Yang membawa peralatan terbang dan rebananya adalah
pamanku dari Tanjung. Yang membaca syair maulidnya adalah abahnya Maulana,
sedangkan yang lainnya memukul terbang, yaitu abahnya Riza, abahnya Dayat,
abahnya Akim, dan juga ayahku, sedangkan Lutfan tidak mau.
Seusai membaca
syair-syair maulid dan menyantap hidangan, semua laki-laki mengikuti peringatan
maulid dilanggar “Syi’arul Muslimin”. Aku dan ibu juga ikut ke langgar,
tapi untuk para perem;puan tempatnya dilantai atas. Dari lantai atas itulah aku
dapat memoto undangan yang berhadir. Dan begitu selesai, semua jama’ah langsung
menuju rumah orang yang mengundang. Benar-benar meriah …..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar