Rabu, 26 Desember 2018

KE AGRO WISATA


Kegiatanku hari ini, Selasa, 25 Desember 2018 adalah berwisata ke taman agro. Tempatnya dekat perbatasan kabupaten Hulu Sungai Utara dengan Kabupaten Tabalong. Kata ibuku, lokasinya didaerah pugaan, (sudah masuk wilayah Kab. Tabalong) dekat dengan kantor kakak sepupuku Diana bekerja di KUA Kecamatan Amuntai Utara. 




Kami kesana naik mobil abahnya Riza, pamanku yang khusus datang menjemput dan mengantar kami ke lokasi. Adapun yang ikut wisata kesana adalah, aku dan ibuku, kemudian Kakak Diana sekeluarga yaitu dengan Firza dan Fariz, Kakak Nurul dengan anaknya, Mamanya Iyen dengan membawa Fadil, Hanif dan juga Idlan.





Sangat menyenangkan sekali berada di lokasi tersebut. Seakan berada di hutan sayur mayur dengan buah-buahnya yang menggantung. Ada Lombok, tomat, labu madu, kondor atau labu siam, terong ungu dan putih, karawila dan papare dan lain-lain. Ada juga buah waluh (labu) tetapi yang kulihat buahnya juga menggantung, tidak seperti yang kami tanam dibiarkan berbuah ditanah. Semuanya bebas dipetik tapi tentu saja dibeli dengan pemiliknya. Hanya ada yang tidak boleh dipetik yaitu buah melon…..
Pulang dari wisata ke taman agro tersebut kami kemudian mampir ke Pasar Kelua.

MENCOBA DAPUR MINI


Sehabis ashar, Senin, 24 Desember 2018, aku mencoba alat-alat memasak yang dibeli di Desa Haruyan malam tadi. Karena bukan kompor, tetapi dapur, maka untuk menyalakannya harus memakai kayu. Aku menyiapkan semua bahan yang akan aku buat sendiri. Rencananya aku akan membuat telur dadar campur udang kecil (hundang papay), menggoreng empek-empek, membuat nasi goreng. 



Untuk itulah ayah mencarikan potongan papan kecil untuk di receh-receh. Setelah semuanya siap, akupun memulai beraksi. Karena  menggunakan api sungguhan, ibu tetap mendampingiku sekedar memberitahu apa yang aku lakukan agar aman di dalam memasak ataupun menggoreng sesuatu.

SINGGAH DI HARUYAN


Kami berada dalam perjalanan pulang kembali ke Amuntai. Capek rasanya. Berkali-kali aku dan ibu tertidur di mobil. Demikian pula dengan firza dan fariz. Kurasa hanya satu yang tidak tidur yaitu sopir. Ya iyalah… Kalau sopirnya tidur mobilnya tidak jalan dong.


Menjelang tengah malam, kulihat jam di HP menunjukkan pukul 23.30 (masih hari Minggu (23 Des 2018) setengah jam lagi hari senin), suasana jalanan tampak lengang. Toko-toko sudah pada banyak yang tutup. Tetapi ada juga beberapa diantaranya yang masih buka. Salah satunya sebuah toko di Desa Haruyan.
Desa ini, kata ibuku masuk wilayah Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Artinya sudah lebih dari separo perjalanan terlewati. Di Haruyan ini, kami singgah di tempat orang menjual aneka kerajinan. Dan meskipun mataku mengantuk, aku turun juga dari mobil untuk memilih sesuatu yang sudah lama aku inginkan, yaitu alat-alat memasak sungguhan, tetapi khusus untuk bermain.
Maka jadilah ibu membelikan aku dapur mini dari tanah liat, panci dan  rinjing (wajan) dari alumunium serta seroknya.

KE PASAR TERAPUNG


Minggu, 23 Desember 2018. Setelah asyik bermain di berbagai wahana permainan  di “Amanah Borneo” kemudian ke Mall dan sebagainya, kami kemudian melanjutkan ke wisata Pasar Terapung. Tapi kata ibu, ini bukan pasar terapung yang sebenarnya. Kalau pasar terapung yang sebenarnya itu dimulainya pagi-pagi sekali sampai sekira pukul 8 atau 9 pagi.

Sedangkan pasar terapung yang kami kunjungi ini adalah baru saja di buka, yaitu tempatnya berseberangan dengan Mesjid raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin, tepatnya di jalan Kapten Piere Tendean, Banjarmasin Tengah. Alu tahu lokasinya karena melihat di daftar rincian  foto yang terdapat di HP ibu.


Kami tiba di lokasi pasar terapung ini sekitar pukul tiga sore. Kami tidak naik kedalam perahu ataupun jukung. Kami hanya berfoto-foto ria dan berbelanja di jukung-jukung atau kapal-kapal kecil yang mendekat.

KE RUMAH NENEK SIHIR


Kalau ke Banjar minggu kemaren kami berangkat subuh dini hari, Maka  ke Banjar kali ini kami berangkatnya sore hari, tepatnya kemaren sore, Sabtu, 23 Desember 2018 sekira pukul setengah tiga. Sopirnya tetap Ifan. 




Sebenarnya tidak ada rencana untuk ke Banjar minggu ini, tetapi sepupuku, kakak Diana mengajak kami untuk menemani  ziarah ke Sekumpul, Martapura terus jalan-jalan ke Banjarmasin.  Kami bermalam  di Banjarbaru, di rumah sepupuku yang lain lagi, yaitu ke rumah mamanya Fajar dan Fadil.

Ibuku mengiyakan saja. Maka jadilah kami berangkat lagi. Setelah ziarah ke sekumpul pada pagi harinya, kami kemudian ke amanah Borneo. Meskipun sebelumnya aku dan ibu pernah kesini, tetapi tidak semua objek kami kunjungi. Maka kesempatan kali ini kami gunakan untuk mengunjungi objek-objek lainnya.
Aku, Firza dan Fariz bersama-sama bermain memberi makan kelinci, mengunjungi rumah hobit, serta bertandang ke rumah nenek sihir. Hii sereem…. Tapi kami tidak takut.