Kamis, 21 September 2017

PASAR KERAJINAN



Pada setiap kota atau tempat, biasanya ada suatu hari yang dijadikan hari pasar. Khusus kotaku, kota Amuntai, hari pasarnya adalah hari Kamis.
Kebetulan hari ini, hari Kamis, 21 September 2017 adalah hari libur Tahun Baru Islam 1 Hijriah 1439. Ibu mengajakku pergi ke pasar kerajinan tradisional. Tempatnya di sekitar Plaza Amuntai dan Taman Putri Junjung Buih.



Ramai sekali orang berjualan. Bukan jual makanan lho. Tapi menjual  hasil kerajinan tangan yang terbuat dari rotan, eceng gondok, bambu, lidi kelapa dan lain-lain. Dari bahan-bahan alam tersebut dapat  dibuat  kipas, tempat sepatu, dompet, kursi dan aneka souvenir untuk perkawinan dan lain-lain.
Di pasar  kerajinan tersebut  ibu membeli “Jikin” yaitu tempat atau alas untuk makanan. Jikin tersebut dapat digunakan sebagai pengganti piring.
“Nyaman gasan aruhan, kada lapah lagi bababasuh” kata ibu.
Ibu membeli sebanyak 2 kodi. Aku hitung semuanya ada 40 buah. Jadi 1 kodi itu sama dengan 20 buah. Betul nggak …………

BERSHALAWAT BERSAMA HADDAD ALWI



“Capati pang bah, tulakan lagi” kataku menagih janji ayahyang ingin mengajakku melihat acara “Amuntai Bershalawat” di Lapangan Pahlwan Amuntai.
Tapi ayah santai-santai saja.
“Kaena” kata ayah, “Acaranya belum dimulai”



Kakakku Lutfan kemudian memindah TV ke channel “Amuntai TV”. Ternyata acaranya memang belum dimulai.
Tapi aku terus mendesak agar pergi lebih cepat.
“Nyaman kawa ulun baulanja badahulu” kataku, “imbahnya bajalan-jalan”.
Akhirnya keinginanku terpenuhi.  Ibu tidak ikut karena sedikit mengantuk katanya.
Sampai di lapangan, acara masih belum  dimulai. Kami  menunggu di tengah lapangan. Kemudian kami mendekat  ke sisi kiri dekat tribun. Tidak  berapa  lama, datang rombongan Bupati beserta Haddad Alwi. Mereka tepat lewat dihadapan kami berdiri. Ayah bersalaman dengan Bapak Bupati. Sedangkan Bupati sempat mengusap-usap kepalalu.
Karena capek berdiri, ayah mengajakku untuk duduk di tribun. Dari sanalah aku melihat sumber cahaya yang aku lihat setelah maghrib tadi. Dari atas tribun aku melihat banyak sekali orang yang ingin bershalawat bersama haddad Alwi.
Setelah Haddad Alwi membawakan 6 sampai 7 buah shalawat, akupun mengajak ayah pulang.
Tibadi rumah, ternyata kakak dan ibu juga sedang menyaksikan acara tersebut melalui saluran TV digital.

CAHAYA APA ITU ?



Sehabis shalat maghrib, ketika mau mencuci kaki di teras, aku melihat cahaya lurus diseberang rumah. Segera aku memanggil ayah. Kepada ayah aku bertanya tentang hal tersebut.
“Napa garang itu, bah !” tanyaku.
Ayahpun kemudian menjelaskan, bahwa yang aku lihat itu adalah cahaya yang diarahkan ke udara. Contohnya, seperti cahaya senter. Semakin besar daya senter, maka akan semakin terang dan semakin luas jauh jangkauannya.



Beberapa saat aku menyaksikan cahaya-cahaya tersebut berganti-ganti warna, dari kuning, kemerahan dan juga biru.
Dari ayah kemudian aku tahu, bahwa sehabis shalat Isya nanti di lapangan Pahlawan Amuntai akan diadakan acara “Amuntai Bershalawat”  bersama Haddad Alwi. Itu tuh yang lagu-lagu shalawatnya sering kita dengar di televisi ataupun di CD.
Ayah berjanji mengajakku setelah shalat isya. Aku merasa senang sekali………..

Minggu, 17 September 2017

SALAH KERUDUNG



Ceritanya begini : Sewaktu kelas I dulu, pelajaran olah raga (PJOK) dilaksanakan hari Sabtu. Sedangkan di kelas II ini kami olahraga pada hari Selasa. Karena liburan terlalu lama (hampir 2 bulan lho : libur kenaikan kelas + libur bulan puasa), aku jadi tidak ingat jadwal memakai kerudung.


Kerudung putih kami pakai setiap hari Senin sampai Jum’at. Sedangkan kerudung coklat kami pakai setiap hari Sabtu. Nah karena dulu, aku belajar PJOK hari Sabtu, kami memakai seragam olah raga dengan kerudung warna coklat.
Tapi di kelas II kami olahraga hari selasa, semestinya aku memakai seragam olahraga dengan kerudung putih.Tetapi aku lupa, kukira bila memakai pakaian olahraga kerudungnya harus coklat. Ternyata, kerudung coklat hanya dipakai hari Sabtu. Jadilah aku sendiri yang memakai kerudung coklat di saat berolahraga hari Selasa.
Aduh malunya…………  
Dan fotoku yang salah kerudung itu beberapa waktu kemudian di upload temanku Aqiela di Instagramnya : Aqela_khaira…………

Sabtu, 16 September 2017

SQUISHI SIAPA BELI ?



Ketika aku ke rumah acil Wati,  adik dari ayahku, ternyata sepupuku yang di Paringin sudah ada di sana. Namanya Ihya dan Maitsa. Mamanya Ihya dan Maitsa adalah juga adik dari ayahku. Mereka datang karena ada libur beberapa hari menjelang ‘Idul Adha (Hari Raya Kurban) 






Kulihat mereka meremas-remas “Squishi” dengan gemes. Ayahpun ikut-ikutan meremas-remasnya dengan kuat sambil mengajak mereka bicara. Ada beberapa buah Squishi yang mereka miliki. Dari label harga yang masih menempel di bungkus plastic, dapat diketahui bahwa harganya termasuk mahal. Yang paling kecil harganya Rp. 20.000,- Tapi kulihat ada juga yang harganya Rp. 200.000,-
Tapi tahu nggak kamu Squishi itu apa? Itu tuh mainan dari busa yang apabila kita remes maka dia akan kembali kebentuk semula dengan perlahan-lahan (Slow).
Beberapa hari berselang, ayah membelikan peralatan untuk membuat Squishi, diantaranya : 1. Spon Busa,   2. Double tape,   3. Gunting,   4.  Kertas Tisu  dan  5. Spidol warna-warni.
Mau tahu cara membuatnya :  Pertama potong spon busa dan bentuk sesuai karakter yang diinginkan. Kemudian beri double tape sekelilingnya secara bertahap. Setelah itu lapisi dengan kertas itu. Terakhir beri warna sesuai keinginanmu.
Maka jadilah Squshi……………… buat  apa beli mahal-mahal  kalau kita bisa membuat sendiri……