Sabtu, 31 Desember 2016

MALAM TAHUN BARU



Mataku belum mengantuk. Padahal sudah pukul 10 malam. Biasanya jam-jam begini aku sudah tidur. Namun berhubung malam ini malam tahun baru, ayah dan ibu membiarkan saja. Malah mengajak aku untuk duduk-duduk dibangku di depan rumah.
 Rumah kami memang berhadapan langsung dengan pusat kota. Hanya saja dipisahkan oleh sebuah sungai. Dari titian di depan rumah, aku lihat dijembatan penuh sesak dengan manusia dan kendaraan. Bunyi terompet tidak henti-hentinya ditiup, terkadang sesekali terdengar bunyi kembang api.



Aku, ibu dan kakak Amalia memilih duduk di bangku di depan rumah sambil memakan rujak. Sedangkan ayah dan kakak Lutfan lebih memilih melihat acara TV di dalam rumah.
Ibu mengatakan, bahwa tepat pukul dua belas malam, maka akan diadakan pesta kembang api. Aku ingin sekali menyaksikannya. Sekarang tinggal 2 jam lagi. Mudah-mudahan aku tidak mengantuk.........
Selamat tinggal tahun 2016, selamat datang tahun 2017.

SHALAT DAN BERDO'A


        Sejak nini datang haji (tiga bulan yang lalu), dan memberi aku sebuah mukena, baru kali ini aku memakainya. Mukena tersebut berwarna hitam yang diberi motif bunga-bunga kecil berwarna putih. Nyaman sekali dipakainya.




Bersama dengan kakak, mukena tersebut aku pergunakan untuk shalat. Aku sudah bisa mempraktekkan shalat sendiri. Aku sudah mengetahui tatacaranya. Aku juga mengetahui bilangan rakaatnya. Isya 4 rakaat, subuh 2 rakaat, zuhur 4 rakaat, ashar 4 rakaat dan maghrib 4 rakaat.
Setelah shalat aku berdo’a dan setelah selesai berdo’a aku kemudian membaca al-Qur’an juz pertama.

Jumat, 30 Desember 2016

KEHILANGAN KAKEK



Sebelum waktu subuh, ibu membangunkan aku dan kakak. Ibu memberitahukan kalau kakek telah meninggal. Ayah yang berada di Rumah Sakit “Ulin” Banjarmasin menelpon ibu, memberitahukan bahwa kakek meninggal kurang lebih pukul dua dini hari, Rabu, 28 Desember 2016.
Setelah shalat subuh kami kerumah kakek. Di rumah kakek telah banyak orang membantu merapikan rumah. Sebab waktu itu, rumah kakek sedang kosong, semuanya berada di rumah sakit Ulin Banjarmasin.
Sekitar pukul enam pagi, jenazah kakek tiba. Orang makin banyak berdatangan. Mereka membacakan surah yasin untuk kakek.
Aku dan yang lainnya menyaksikan ketika jenazah kakek dibungkus kain (dikafani). Aku melihat kakak Amal menangis. Setelah itu kakek dibawa ke  langgar didepan rumah untuk dishalatkan. Sesaat sebelum di shalatkan hujan turun dengan lebat. Tapi hanya sebentar. Setelah di shalatkan, kakek kemudian dimasukkan ke mobil ambulan untuk dikuburkan di Rantau. Aku melihat ayah ikut didalam mobil ambulan.
Aku, ibu dan kakakku Amalia dan Lutfan ikut di mobil ayahnya Nadira. Sedangkan sepupuku yang lain dan warga sekitar ikut dimobil lainnya. Aku muntah sepanjang perjalanan menuju Rantau. 
Tidak berapa lama setelah kakek dikuburkan, semuanya pulang kembali ke Amuntai. Kecuali ayah dan Tante Ty yang tinggal bermalam di Rantau.