Selalu ada cerita bila banjir tiba. Cerita duka juga suka. Dukanya, kami terpaksa menerobos banjir terlebih dahulu bila ingin kesekolah ataupun berbelanja. Walau dari muka rumah ke belokan gang lebih tinggi sekitar 15 meteran, tetapi aku sangat berhati-hati sekali, sebab aliran sungainya cukup deras, lagian juga tinggi airnya mencapai lutut ayahku. Bagi yang rumahnya kebanjiran lebih sedih lagi. Terpaksa mereka beraktivitas di atas ranjang/ dipan. Sukanya, apalagi kalau bukan bermain-main dengan air.
Bulan Desember, di akhir tahun 2020 ini, kotaku kembali di landa banjir. Meski tidak separah tahun sebelumnya. Di media sosial kulihat ada pemberitahuan tentang lokasi-lokasi banjir, seperti di muka Taman “Putri Junjung Buih”. Jalanan ditempat ini biasanya lebih dahulu terendam banjir karena lokasinya yang rendah dan tepat disamping sungai .... apa namanya aku tidak tahu.
Sore hari, disaat banjir, banyak anak-anak yang berlalu lalang untuk berenang di sungai. Mereka berjalan ke arah hulu dengan membawa “Ucus” itu tu .... ban bagian dalam yang besar. Ada juga yang membawa “kotak gabus” yang besar. Kata ayah itu namanya “Styrofoam”. Setelah itu mereka menaiki “Ucus” dan “Kotak Gabus” tersebut balarut mengikuti arus sungai.
Sedangkan bagi kami yang masih belum bisa berenang, kami menggunakan alat-alat seadanya yang dapat membuat tubuh kami mengambang, tidak tenggelam. Aku, Dilla, Syifa menggunakan “Teng” bekas minyak goreng. Sedangkan Rifky membawa ucus ban yang besar. Kami bergantian menggunakannya. Kami mandi sambil tertawa.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar