Sabtu, 23 Desember 2017

BARENG TIA



Karena ulangan semester ganjil telah selesai, banyak teman-teman sekelas yang tidak hadir ke sekolah. Mungkin mereka beranggapan, bahwa tidak mungiin belajar, dan juga tidak mungkin ada absensi  kehadiran.
Aku sendiri termasuk orang yang selalu ingin ke sekolah. Kalau tidak ada halangan seperti sakit atau ikut bepergian ke luar kota, tentulah aku akan memilih untuk turun ke sekolah.
Lagi pula, tidak mungkin aku sendirian di rumah. Karena Ibu ke sekolah mengajar, sedangkan ayah pergi ke toko. Daripada “bĂȘte” lebih baik ke sekolah.


Hari ini, kamis, 21 Desember 2017,  yang hadir ke sekolah hanya 12 orang. Kami hanya bermain di halaman. Kalau bosan kami kemudian bermain di dalam kelas.
Sekitar  pukul 10.00 kami  dipulangkan. Gerimis yang turun sejak pagi tadi, berubah menjadi  hujan saat  kami pulang. Untung ayah yang menjemputku membawakan payung.
“Siapa yang mau ikut ?” kata ayah mengajak teman-temanku.
“Aku” kata Tia (Septia Ramadhani).
Maka  jadilah aku dan Tia berpayung bersama. Kami mengantarkan Tia sampai ke rumahnya. Rumahnya berseberangan dengan  MTs Negeri  Model Amuntai (Sekarang MTs Negeri 2 Amuntai).
Senang sekali hari ini dapat membantu teman pulang …………

ULANGAN SUSULAN



Setelah kecelakaan ditabrak sepeda motor pada Jum’at lalu, baru sekarang, Kamis, 21 Desember 2017, aku kembali bersekolah.
Ulangan semester ganjil telah selesai. namun aku terpaksa mengikuti ulangan susulan.Ternyata teman sekelasku, Azelia Najati (yaya) juga ikut ulangan susulan. Kalau temanku yaya, dia mengikuti ulangan susulan sebanyak 3  pak, sedangkan aku hanya mengikuti 1 ulangan susulan, yaitu Penjaskes.
Kami berdua menjawab soalnya di dalam kelas. Yaya duduk di depan, sedangkan aku duduk di belakangnya. Kami mengerjakan soal dengan tenang.
Do’akan ya mudahan kami dapat nilai yang bagus ………………

DITABRAK MOTOR




Baru sekarang aku bisa menulis kembali. Soalnya, beberapa waktu yang lalu aku mengalami kecelakaan. Tepatnya sehabis  mengikuti ulangan semester pada hari Jum’at, 15 Desemeber 2017 lalu.
Kecelakaannya tidak jauh dari sekolah. Sekitar 50 meteranlah. Tepatnya di samping Kantor Camat Amuntai Tengah. Saat itu, aku di jemput  oleh ayah. Namun di dekat Kantor Camat tersebut, kulihat Ibu juga datang menjemput.


Senang melihat ibu datang menjemput, aku langsung menyeberang jalan yang hanya 4 meter lebarnya. Ketika menyeberang aku lupa memperhatikan kendaraan yang akan lewat. Akibatnya aku ditabrak dari belakang. Aku tertelungkup ke aspal. Ayah segera membangunkanku dan membawaku ke pinggir.
Kudengar orang yang menabrakku menanyakan keadaanku. Lalu kata ayah : “Kada papa”. Kemudian orang itupun pergi.
Ibu langsung membawaku ke tempat tukang urut. Namun yang dicari tidak ada orangnya. Sesampainya rumah, baru aku sadar kalau lututku berdarah karena lecet. Di samping itu, dahi , punggung dan pinggangku juga terasa sakit.
Do’akan aku mudahan cepat pulih ………….

PERAHU KERTAS

Sudah hampir 2 bulan, air sungai di depan rumah mengalami pasang surut.  Sebentar tenggelam, besok kelihatan kering, besoknya tergenang lagi.
Titian panjang di depan rumah kami tersebut selalu ramai. Kalau tidak tergenang  banjir, di titian tersebut , biasanya aku dan anak-anak yang lain main sepeda. Sedangkan bila terendam air, maka kamipun memanfaatkannya untuk mandi dan bermain air.



Seperti beberapa waktu yang lalu,  kamis, 14 Desember 2017, aku menggunakan waktu mandi  sore untuk bermain kapal-kapalan. Kapal-kapalnya aku buat dari kertas yang tidak terpakai. Aku lipat dengan beberapa kali lipat, setelah itu di buka maka jadilah kapal kertas.
Kapal-kapal tersebut kemudian aku larutkan di atas permukaan air.
Ayo kapalku…… berlayarlah sampai jauh…………….

WISUDA KAKAK



Belum lagi mobil jemputan datang, perutku sudah berasa mual. Rencananya, hari ini, Senin, 4  Desember 2017, sekira pukul 2 siang, aku akan ke Banjar. Aku dan Ibu akan ke tempat kakak di Asrama Amuntai “Candi Agung” di Kayu Tangi. Sebab besok, kata ibu, kakak akan di wisuda.


Namun, rencana tersebut gagal total. Aku muntah di dalam mobil. Ibu tidak tega melihat  keadaanku. Ibu meminta sopir untuk kembali ke rumah di Paliwara. Tapi sopirnya tidak mau. Soalnya sudah jauh.
Lalu Ibu menelpon Ibu Sri, sama mengajar di MIN 23 Jumba. Ibu Sri-lah yang kemudian mengantarku pulang ke rumah.
Meskipun  keadaanku  lemah dan pucat  akibat muntah, aku masih mendengar ketika ibu meminta Ibu Sri menjemputku di Desa Mamar.
Kemudian, saat aku sampai ke rumah, ayah belum pulang dari toko. Untung ada kakak Lutfan yang sudah pulang dari sekolah.