Minggu, 28 Agustus 2016

WAYANG KERTAS



Ketika adzan isya di langgar belum selesai, lampu di lingkungan rumah kami kembali padam. Maka hari mau hujan lagi. Bagaimana mau belajar, bermainpun tidak bisa.
Sepulang dari shalat isya, ayah meminta aku untuk mencari selembar kertas.
“gasan napa garang? (untuk apa?)” tanyaku.
“untuk membuat wayang” jawab ayah.
          
         Kulihat kemudian ayah menggunting kertas yang aku berikan tersebut. Akupun mengikuti apa yang ayah lakukan. Ayah menyuruh kakakku Lutfan untuk mengambilkan sebilah lidi dan selotif. Lalu hasil guntingan kertas tersebut direkatkan pada lidi menggunakan selotif. “tem ….tem….tem…  selesai” kata ayah lagi.




Kakakku tertawa melihat wayang yang dibuat oleh ayah. “Kaya hantu…..” katanya. Tapi aku tidak takut.
Ayah kemudian memperagakan cara memainkannya. Dengan menggunakan senter dari HP, ayah memaju mundurkan senter dari bentuk yang kami buat tadi.
Akupun jadi penasaran untuk mencobanya. Maka ketika senter aku dekatkan bayangannya menjadi semakin besar, tapi bila senter aku tarik kebelakang, maka bayangan akan semakin mengecil. Kalau tidak percaya coba saja ……..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar