Ketika adzan isya di langgar belum selesai, lampu di
lingkungan rumah kami kembali padam. Maka hari mau hujan lagi. Bagaimana mau
belajar, bermainpun tidak bisa.
Sepulang dari shalat isya, ayah meminta aku untuk
mencari selembar kertas.
“gasan napa garang? (untuk apa?)” tanyaku.
“untuk membuat wayang” jawab ayah.
Kulihat kemudian ayah
menggunting kertas yang aku berikan tersebut. Akupun mengikuti apa yang ayah
lakukan. Ayah menyuruh kakakku Lutfan untuk mengambilkan sebilah lidi dan
selotif. Lalu hasil guntingan kertas tersebut direkatkan pada lidi menggunakan
selotif. “tem ….tem….tem… selesai” kata
ayah lagi.
Kakakku tertawa melihat wayang yang dibuat oleh ayah.
“Kaya hantu…..” katanya. Tapi aku tidak takut.
Ayah kemudian memperagakan cara memainkannya. Dengan
menggunakan senter dari HP, ayah memaju mundurkan senter dari bentuk yang kami
buat tadi.
Akupun jadi penasaran untuk mencobanya. Maka ketika
senter aku dekatkan bayangannya menjadi semakin besar, tapi bila senter aku
tarik kebelakang, maka bayangan akan semakin mengecil. Kalau tidak percaya coba
saja ……..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar